"Beranda yang kosong...."
Ann menatap pemandangan kota dari balik kaca jendela kamarnya. Tidak ada yang istimewa dalam selimutan malam, hanya penerangan lampu dari setiap jendela maupun beranda, menatap langit pun tidak akan terlihat setitik bintang.
Ia teringat rapat tadi siang. Semua berjalan lancar. Ia tersenyum kecut, menyadari bahwa dirinya hanya terbawa arus sekitar, hanya mendengarkan semua ocehan produser dan yang lain tentang semua rencana pembuatan anime tersebut. Lalu ia akan mengangguk dan mengatakan untuk menyerahkan semua pada produser dan yang lain tersebut.
Gadis itu menghela napas lemas, dalam hati mengeluh resah. Semakin jauh melangkah, ia merasa semakin hambar. Seharusnya ia senang, bangga tulisannya akan diangkat menjadi karya animasi. Bukankah itu berarti tulisannya diakui?
“Atas nama cerita itu tidak ada yang patut dibanggakan…,” lirihnya.
Karena novel tersebut ialah cerita masa lalu. Kisah percintaan yang sangat didambakannya namun berakhir tanpa ada yang ingin meluruskan hubungan yang semakin seperti benang kusut. Kandas karena ia takut melanjutkan hubungan dengan pria itu, dan pria itu semakin meragukan eksistensi dirinya.
Ditambah…. kehilangan sang ayah membuat Ann semakin tertekan.
Sejak saat itu, ia tidak bisa lagi membuat cerita yang membuat semua orang tersenyum. Hanya ikut merasa sedih dan duka.
“Apa bagusnya cerita penuh genangan air mata?” Ia mengeluh dengan karyanya sendiri. “Manusia semakin bodoh atau selera mereka semakin aneh?”
Ann menatap kedua telapak tangannya, menggerakkan kesepuluh jari seakan mengetik terbalik. Ia merindukan genre cerita fantasi penuh petualangan seperti buku pertama yang ia terbitkan saat tinggal di Indonesia. Penuh tawa, warna, perjalanan pelik namun menyenangkan, dan berakhir bahagia. Terinsipirasi akan ceritanya saat kuliah bersama teman-temannya.
Tidak sangka, cerita polosnya itu disukai banyak orang. Tiga kali pengulangan percetakan bagaikan mimpi. Dengan wajah ceria dan kebahagiaannya itu ia kembali pulang, memberitahu kedua orang tua akan kesuksesannya.
Namun setiba di rumah….
Ann melepas diri dari bayangan masa lalu. Jemari kanannya memijat dahi yang berkerut. Tubuhnya terkulai lemas jatuh. Keningnya menghantuk kaca jendela, menghantukkannya pelan beberapa kali.
Sesaat terdiam, ia menatap beranda kamar yang begitu kosong. Terlintas ide untuk mengisinya dengan sesuatu, mungkin sesuatu itu bisa membuat pikirannya teralih dari menulis maupun kesedihan.
Ia ingat rumahnya di negara nan jauh sana, penuh dengan tanaman obat maupun hias. Ibunya sangat menyukai bunga, hobinya menanam bermacam-macam tanaman.
“Satu pot bunga mungkin cukup mewarnai beranda kosong ini,” gumamnya kemudian.
Kalimat itu terungkap menyertai suasana hatinya kini.
Ia tergelak sendiri, “Apa sekalian kubeli bunga mawar merah?” Berharap dalam hati dengan bunga itu memberinya keberuntungan akan percintaan di kemudian hari—yang entah kapan.
Terdengar suara getaran, ponsel genggamnya bergetar. Dengan langkah gontai menuju kasur, di mana alat komunikasi itu terbaring. Ia membaca nama pemanggil sebelum memutuskan akan menerima atau membiarkannya.
Ia memutuskan menekan ikon hijau. “Moshimoshi, Tanemoto-san?”
“Atsugawa-sensei~, benar tidak ingin pergi melihat proses rekaman? Sayang sekali, bukan?”
Ann merutuk dalam hati, Yang punya cerita siapa di sini, hah?
“Sudah kubilang kupertimbangkan, bukan? Aku masih sibuk mengurus ceritaku yang lain. Gimme space to breath!”
Tanemoto Aya gelagapan di seberang sana mendengar Ann menggunakan bahasa Inggris. Ia tidak mengerti sama sekali apa yang dikatakan sang penulis.
“Ya sudah kalau begitu,” Aya menyerah. “Jujur saja aku juga tidak begitu tertarik dengan rekaman tersebut, hanya saja… Atsugawa-sensei terlihat tertarik dengan seiyuu—”
Ann tercekik.
“—saat pertama kali diberitahu akan diangkat menjadi animasi. Tapi setelah rapat tadi malah menolak tawaran produser Hata. Aku yakin kamu akan senang tapi malah sebaliknya.”
“A-aku tidak ada waktu untuk hal sepele itu,” jawab Ann lirih. “Lagipula… tidak ada gunanya aku di sana, hanya duduk dan melihat? Lebih baik kugunakan menyelesaikan naskahku.”
“Baiklah, aku ikut saja keputusan sensei. Dan lagi, aku lebih menantikan cerita terbarumu kali ini. Seri Ochita Seibutsu Anda sangat dinanti para pembaca!”
“Jangan bilang seperti itu, Tanemoto-san, jadi tekanan berat buatku,” ungkap Ann lemas.
Aya melupakan hal tersebut. “Ma-maaf,” sesalnya gelagapan. Ann bukanlah tipe penulis yang semakin dipuji semakin semangat menyelesaikan tulisan. “Ya-yang penting, semangat ya, sensei.
Kalau ada kesulitan hubungi saja aku.”
“Hm. Arigatou, Tanemoto-san.”
“Ko-chi-ra ko-so….”
Panggilan pun berakhir.
Tangan yang menggenggam ponsel terkulai, bibirnya berusaha membentuk senyum. Dalam hati sejujurnya tidak membenci Tanemoto Aya dengan sikap yang riang, manja, dan kukuh padanya. Sedingin apapun sikapnya pada wanita itu tidak menyulutkan diri untuk menghubunginya.
Ia kembali sadar, Aya tahu dari sikapnya tertarik pada seiyuu. Jelas saja, ia baru ingat saat pertama kali diberitahu salah satu ceritanya akan diangkat menjadi animasi keterkejutannya bisa dianggap berlebihan, namun setelah mengetahui cerita apa yang diangkat….
Ann memukul keningnya. “Kenapa aku bisa menulis kisah menyedihkan itu?!!”
***
[catatan]
kochira koso = sama-sama (jawaban untuk terima kasih)
gambar diambil dari laman: pxhere.com
[Cast terkait]
-Karakter-
Atsugawa Ann (main cast)
Tanemoto Aya
Produser Hata, karakter pendukung yang akan menjadi produser anime yang mengangkat cerita karya Ann.
"Sei, kok ceritanya sedih?"
ada yang nanya gitu.
Sei cuma mau coba tulis yang melow drama, aih~ masih belum tahu siapa seiyuu cowok yang Sei gaet?
clue kedua: "O"
clue ketiga di posting selanjutnya, dan kalian pasti akan tahu siapa.
sedikit ya, view-nya? di wattpad aja yang heboh ^0^; ya, teman2 kenalan Sei doang, hahaaa....
Sampai udah tahu siapa seiyuu-nya, trus aku buat tag seiyuu 'manis' itu, pasti banyak yang baca! khihiiii
eh? barusan aku bilang manis?
Sei deshita!
22/10/2017
Jika ada kesalahan informasi, silahkan berkomentar!